Daendels
Lebih dari setengah abad setelah peristiwa pemberontakan
orang Tionghoa 1740, orang Batavia sudah lupa dengan pembunuhan itu. Pulau Jawa
sudah tidak lagi diperintah oleh VOC yang bangkrut diakhir abad ke 17, tetapi
langsung oleh pemerintah Belanda. Seorang Gubernur Jendral yang baru Daendels tiba
di Batavia pada tahun1803.
Salah satu Tugas utama Daendels
selain membuat Batavia, sehat karena pada waktu itu Batavia benar-benar menjadi
sarang penyakit, adalah mengorganisasi pertahanan untuk menghadapi Inggris. Di
Batavia,di mana-mana banyak tumpukan sampah dan kanal-kanalnya menjadi dangkal
dan sarang nyamuk. Setiap pelaut yang berlabuh di Batavia, pasti ingin
cepat-cepat angkat jangkar karena takut terserang penyakit. Dalam keadaan
itulah Daendels datang dengan segala resiko yang harus dipanggulnya.
Daendels
berhasil mengembangkan Batavia kearah selatan di Weltevreden dengan berbagai gedung disekitar
Waterloo Plein atau sekarang disebut Lapangan Banteng. Untuk pembangunan itu
dia menghancurkan Kastil Batavia untuk diambil batu batanya guna membangun kota
yang baru.
Dia berkeyakinan bahwa tembok kota tidak efektif lagi
untuk melindungi kota yang sudah berkembang ke luar tembok, dan tidak dapat
untuk menghadapi musuh. Karena itu
tembok kotapun di hancurkan. Dia memindahkan kompleks pemeritahan ke Lapangan
Banteng.
Batavia yang
indah telah pergi. Tidak lama
setelah penghancuran itu, seorang pelancong yang bernama Weitzel menulis:
“Kota
Batavia bukan lagi metropolis seperti dahulu kala. Hampir semua bangunan
penting dan rumah-rumahnya telah diruntuhkan kecuali gudang-gudangnya.
Kastilnya menjadi tumpukan puing. Sebagian besar tembok kota telah diratakan,
gerbang kota telah dihancurkan. Kota ini tidak
lebih dari desa yang dikelilingi kanal yang lebar (….). Sepanjang
Prinsenstraat
(sekarang Jalan Cengkeh) menjadi tidak lebih dari
jalan kelam dimana masih
tertinggal beberapa
rumah didekat pusatnya”
(Weitzel
1860:8-10).
Tindakan
Daendel adalah kehancuran kota Lama Batavia yang kedua kali setelah dibakar
pada kerusuhan 1740. Sekarang kita tidak dapat menikmati benteng yang sangat
terkenal itu dan beberapa bangunan lain. Andaikata, pembangunan kota baru
Batavia tidak dengan menghancurkan yang lama, sekarang pasti kota lama Jakarta
akan sangat unik untuk pariwisata. Daendels seakan membuang masa lalu Batavia.
Selain itu
Daendels juga menutup kanal-kanal sehingga menjadi kota yang bukan lagi saudara
kembar kota Amsterdam. Kanal-kanal itu menjadi jalan dan banyak bangunan yang
berubah bentuknya. Hanya Kali Besar yang tidak di tutup dan menjadi aliran
sungai Ciliwung di dalam kota. Kebijakannya untuk menutup kanal-kanal di
lanjutkan sampai 1817.
Anda tertarik kisah-kisah Betawi yang lain? silahkan baca di klikbatavia.