Air Gunung Salak Tempo Doeloe
Sementara itu ada juga orang-orang Belanda Betawi yang tampaknya enggan minum air kali dalam keadaan yang sudah dijernihkan sekali pun. Buku Dr. de Haan menyebutkan bahwa sebagian orang Belanda biasa minum Seltzelwater, yakni air impor yang di masa itu sangat banyak didatangkan dari luar negeri ke Betawi dengan nama 'ayer Belanda'. Harganya mahal sekali: satu ringgit (rijksdaalder atau dua ratus lima puluh sen) per guci (kiuik) kecil. Sudah barang tentu hanya orang-orang kaya-raya saja yang kuat membayarnya. Sampai pada Perang Duniaa II, "ayer Belanda"'atau "air Belanda" masih dikenal di sini. Kemudian lebih dikenal dengan nama "air soda" dan diproduksi di dalam negeri.
Orang-orang Belanda yang cukup kuat keuangannya mendatangkan air minum dari daerah Bogor (1773), yakni air sumber yang jernih. Konon gubernui jenderal Belanda pada masa itu juga menerima kiriman air sumber dari Lontho (Lontar, di belakang Bogor).
Sampai dengan dasa warsa kedua abad ke-20, penggunaan air sumber untuk minum juga populer di kalangan rakyat Betawi. Semasa saya masih bocah yang suka berlarian di jalan dalam celana monyet, kampung tempat tinggal keluarga saya terkadang dikunjungi gerobak tangki yang menjajakan air sumber dari Kampung Lima (entah di mana pula letak kampung itu). Air itu dijual per kaleng minyak tanah. Ibu saya selalu membeli untuk menambah persediaan air minum kami (air hujan). Setiap kali turun hujan deras, almarhum ayah saya selalu menampung dan menyimpan sekaligus mengendapkan dalam sejumlah tempayan.
No comments:
Post a Comment