Monday, April 27, 2015

Lampu karbid dan klakson ular

Rumah O.G.Khouw


Saya pribadi pernah melihat mobil itu dari dekat untuk pertama kali kira-kira di tahun 1916. Ketika itu tetangga saya yang kaya diantar pulang dengan kendaraan tersebut bersama seluruh keluarganya. Lima sampai enam orang dijejalkan ke tempat duduk penumpang yang sebenarnya hanya berkapasitas untuk tiga orang.
 
Bersama warga sekampung, saya memandangi mobil itu dengan takjub. Maklum barang baru! Motornya menderum-derum dan menggetarkan seluruh kendaraan. Di zaman itu belum ditemukan motor mobil yang halus-lembut dan tidak menimbul-kan getaran sedikit pun. Karoserinya mengingatkan orang akan bentuk kereta pelangki (palankijn), tetapi dalam versi lebih 'modern', lebih mewah dan lebih streamlined, kalau meminjam istilah sekarang.
 
Pada kerangka-kerangka karoseri terpasang atap dari kanvas yang dapat dilipat ke belakang seperti kap becak. Dalam keadaan tertutup atap itu terpasang sampai di bagian atas kaca pelindung di depan tempat duduk sopir. Kedua sisi tertambat lagi pada kedua sayap roda (spatboid - sepatbor) depan dengan sepasang tali kulit selebar 2,5 cm. Mobil itu berpintu empat, tetapi di sisi tempat duduk sopir tidak berdaun pintu. Tepat di tengah-tengah pintu di sebelah luar karoseri, terpancang tangkai-tangkai untuk menambah kecepatan dan rem tangan.
 
Di kiri-kanan bingkai kaca pelindung depan terpasang dua lampu. Bentuknya persegi panjang dengan tabung agak pendek di bawahnya. Tabung itu berfungsi ganda, sebagai gagang lampu dan tempat bahan bakar karbid. Uap karbid yang bergolak-golak karena tetes-tetes air dari atas tabung, menjalar ke sumbu lampu. Untuk menyalakan lampu, sumbunya disulut dengan korek api. Jadi cahaya lampu tidak bisa diatur terang-suram, menyorot ke depan atau ke bawah.
 
Yang paling menarik adalah klakson 'terompet'nya. Bentuknya menyerupai badan ular, lengkap dengan garis-garis sisik. Badan 'ular1 itu melingkar ke bawah menyusuri papan pemijak untuk naik ke mobil (treeplank), meliuk di atas sayap roda depan dan berujung dengan sebuah kepala ular-ularan dengan moncong menganga seram. Klakson ini dibunyikan dengan memencet bola-bola (garis tengah sekitar 15 cm) yang terpasang di sisi kanan tempat duduk sopir. Apabila dipencet keras, bola-bola itu akan menghembuskan udara yang membunyikan terompet, . . "duuuut" . . . Sopir yang memiliki cita rasa musik dapat memencet bola-bola secara tertentu, sehingga menimbulkan bunyi yang berirama. Misalnya, "duuuuuiiii-duu-duuut. Sebagai-mana diterangkan di atas, badan ular-ularan beserta kepalanya itu terbuat dari kuningan yang mengkilat, sehingga berkilau-kilau jika ditimpa sinar matahari. "

No comments:

Post a Comment